Monday, January 7, 2008

49. Siji Suro dan Tahun Jowo

1 SURO dan TAUN JOWO

Didalam kalender Jawa dikenal 12 nama2 bulan, yaitu : Suro, sapar, mulud, bakdo mulud, jumadilawal, jumadilahir, rejeb , ruwah, poso, sawal, dulkaidah, besar. Nama2 bulan ini diadop dari nama2 bulan hijriah.

''1 suro'' adalah tanggal permulaan tahun baru jowo, bertepatan dg tahun baru kalender hijriah yakni tanggal 1 muharam.
Oleh sebagian orang jawa tanggal tersebut dikeramatkan sehingga pada hari itu / malem 1 suro banyak orang yg tirakat, menyepi, semedi, bahkan ada yang mandi di sendang2/ telaga kecil atau grojogan / air terjun untuk memohon keberkahan kepada Tuhan semesta alam.

Orang2 tidak berani bepergian,. karena takut celaka di hari itu.
Konon kabarnya mitos itu di buat oleh Penjajah yg takut kalau orang jawa meramaikan tahun barunya melebihi pereayaan tahun baru mereka, tahun baru masehi.

Sistem kalender jawa mirip dengan kalender hijriah namun sedikit berbeda, keduanya menggunakan sistem qomariah / lunar.
Sampai 1625 M dijawa berlaku tahun saka yakni kalender bedasar peredaran matahari yang berasal dari India. Kala itu tahun saka sudah mencapai hitungan tahun 1547 çaka.

Oleh sultan agung, raja Mataram jogja yg muslim, tahun saka diselaraskan dengan tahun hijriah dengan bilangan tahunnya yang masih dilanjutkan. Nama2 bulannya disesuaikan ucapan lidah jawa. Kata asyura dirubah jadi suro, syaffar jadi sapar, bulan maulid nabi menjadi mulud dsb.
Sebagai perhitungan digunakan sistem kalender bulan tidak lagi menggunakan sistem matahari seperti yg digunakan tahun saka.

Berbeda dengan tahun hijriah, kalender jawa tidak didasarkan pada rukyah hilal akan tetapi didasarkan pada sistem perhitungan yang dikenal dengan nama aboge atau alip rebo wage.
Hari2 jawa juga mempunyai nama hari tambahan yang terdiri dari 5 hari yakni : legi, pahing, pon, wage, kliwon. Ini dikenal sebagai nama hari2 pasar. Kenapa hari pasar hanya 5 hari tidar 7 hari? Mungkin disebabkan bahan2 masakan didapur hanya bisa bertahan maximal 5 hari.

Sementara itu hari2 hijriah tetap digunakan hanya disesuaikan dengan lidah jawa. Maka terdengarlah nama2 : senen, seloso, rebo, kemis , jemuwah ,setu , nga'at.

Didaerah jawa tengah malam jemuwah kliwon dikeramatkan sedang di jawa timut jumat legi lebih dikeramatkan. Pada hari2 itu ada sebagian orang yang membuat sesaji bahkan ada pula yang menyebar kembang2 diperempatan jalan atau tempat2 yg dianggap keramat. Karena pada hari itu setan peri gendruwo cepet kuntilanak keluar bergentayangan kemana2.
Ini bentuk tahayul dan kurafat yang berkembang dijaman dulu.

Hitungan tahun hijriah dan taon jowo lebih pendek 11 hari di banding tahun masehi. sehingga dalam satu tahun masehi untuk tahun 2008 ini terajdi 2 kali satu suro☺.
Didalam tahun jawa didapati berbagai macam istilah seperti sepasaran = 5 hari, selapan = 36 hari, sewarso = 1 tahun, sewindu = 8 tahun, seabad = 100 tahun.
Berbeda dengan hari2 masehi yang pergantiannya dimulai jam 00.00 pergantian hari kalender jowo dan hijriah dimulai sore hari setelah matahari terbenam.

Sugeng warso enggal 1 suro 1941 Çaka
bertepatan 1 muaharam 1429 Hijriah

2 comments:

paromo suko said...

"...jum'at legi lebih dikeramatkan di jawa timur..."
mungkin ini adalah salah-satu penghormatan terhadap momen proklamasi hari jum'at legi tanggal 17 agustus 1945, tapi lantas dianggap sebagai keramat ritual padahal ini mungkin tradisi keramat patriotik! wong jawa timur terutama surabaya generasi itu nasa nasionalismenya tinggi sekali, mudah2an sekarang tetap dipertahankan.
monggo saja para ahli tafsir ...

Indro Saswanto said...

He he jumat legi akeh kuntilanak keliaran