Saturday, May 30, 2009

168. Seninjong

Seninjong

Kata apa pula ini? Apa artinya dan berasal dari bahasa apa seninjong itu? Saya tidak tahu, tapi kata ini saya jumpai atau saya dapatkan dari almarhum ayah saya, sebagai judul dari catatan kecil beliau ketika melakukan perjalanan exodus diwaktu perang Jepang. Menurut hemat saya seninjong berarti catatan2 kecil dari kehidupan atau mungkin lebih populer dengan nama diary.
Ayah saya memang rajin membuat catatan ringan didalam perjalanan hidupnya.
mulai dari cuaca sampai kedatangan anak cucu kegiatan sehari2 terekam dengan baik. oleh beliau. Bahkan ditahun 1942, seperti yang telah saya utarakan diatas, beliau melakukan perjalanan exodus dari Palembang ke Purworejo pada sa'at serdadu Jepang mulai menjatuhkan bom pertamanya di kilang batavsche petroleum maskapey Sungeigerong Plaju Palembang. Bersama 12 temannya beliau dengan bersepeda onta pulang meninggalkan kilang minyak tsb menuju kampong halamannya di Purworejo Jawa tengah. Tentu dengan banyak liku2 peristiwa beliau jumpai selama sebulan perjalanan. Pernah suatu ketika sepedanya dirampas oleh patroli nippon dan berkilo2 harus berjalan kaki menuju kota untuk mencari sepedanya yang dirampas tadi dan ternyata oleh sang sorodadu Jepang ditinggal begitu saja diparit pinggir jalan. Sesampai dirumah tentu sudah klumus2 kurus kusut berdebu sampai2 keluarga tidak mengenali beliau dan disambut isak tangis seluruh keluarga. Sementara itu di Plaju rumah dinas dengan segala isi perabotannya ditinggal begitu saja dan entah sampai kini tidak tahu lagi beritanya.Suasana perang sangat mencekam suara bom dan peluru berdesingan, ayah dengan mlipir antar pemukiman beliau pulang meninggalkan kantor kerumah dinas yang telah kosong karena isteri dan anak2 sudah pulang mengungsi lebih dulu. Tanpa persiapan beliau mengambil baju secukupnya, rumah dikunci dan segera melakukan perjalanan panjang pulang ke jawa.
Pernah suatu ketika seninjong itu saya ketik ulang tetapi sayang saat itu tidak tersimpan dengan baik sehingga sekarang telah lenyap entah dimana. Waktu itu saya bikin rangkap dua yang satu untuk kakak saya dan satu saya simpan namun itupun menguap tidak terlacak lagi. Didalam hati saya masih berharap suatu ketika seninjong itu bisa ketemu lagi dan terbaca oleh cucu cicit beliau.
Kini setelah berpuluh tahun terasa sekali perlunya catatan2 kecil semacam itu bagi generasi penerus untuk mengetahui perjuangan hidup dari eyang buyut canggah wareng nya.