Thursday, October 30, 2008

139. Dogang

Dogang

Dogang adalah cita2ku sewaktu SR. Aku ingin menjadi seorang dokter sekaligus mempunyai apotik dan rumah sakit. Dogang, berprofesi Dokter sekaligus pedaGang.
Setelah besar saya berkesempatan kuliah untuk mencapai cita2 tsb. Ketika kuliah itulah saya masih ingat betul pesan Prof dr Ramlan Mochtar almarhum.Beliau seorang ahli bedah yang sangat komit pada profesinya dan menjunjung tinggi etika.Suatu pagi 34 th yang lalu, ketika itu beliau sedang memberikan kuliah kode etik kedokteran. Dengan berapi2 beliau berpesan pada muridnya "jadi dokter itu baik, jadi pedagang juga baik, tetapi dokter nyambi dagang tidak baik." Lho kok ? Emang kenapa? Gumamku dalam hati.
Saya sebagai mahasiswa belum tahu sepenuhnya makna kata beliau. Untuk mengingatnya saat itu saya kaitkan dengan kopi itu enak, tembakau juga enak. tetapi minum kopi dicampur tembakau dalam satu gelas jadi tidak enak. Dalam benakku mungkin itu yang dimaksud beliau. Dasar Oon.
Kalau dokter punya apotek atau rumah sakit, waktu itu saya pikir hebat banget, namun setelah sekian puluh tahun berkecimpung dalam dunia medis baru sadar, rupanya ini yang dimaksud yang mulia guruku.
Nampaknya efek samping dokter berdagang sudah ada sejak dulu, yang ketika itu jaman belum edan seperti sekarang namun sang profesor guru etika telah mengingatkan pada para anak didiknya.
Kini nampak semakin jelas, ternyata sangat riskan mencampur dua profesi tadi dimana terdapat kepentingan2 yang bisa merusak etika dan merugikan orang lain atau pasien.
Saya cendung menyebut 'pasien' dlm hubungannya dengan dokter, sedang client untuk urusan bisnis. Sering dalam pembicaraan manajemen pasien disebut client, padahal maknanya sangat bertolak belakang. Ini imbas bercampurnya bisnis didunia kedokteran, sebagaimana tidak masuk akal nya kalau murid / mahasiswa disebut sebagai client dalam dunia pendidikan.

Saya jadi ingat rosulullah sewaktu muda, sewaktu muda beliau seorang pedagang yang jujur lagi piawai. Tetapi profesi itu beliau lepaskan setelah jadi nabi. Beliau memberi suri tauladan agar kita menjadi seorang spesialistik, sampai2 mengatakan untuk urusan dunia kau lebih pandai dariku.
Beliau tidak mau mengangkangi semua urusan walau sebenarnya beliau mampu untuk itu.
Kini dijaman modern (baca edan) semuanya sudah bercampur aduk gara2 materialistik, semuanya diukur dengan materi. Etika sudah jauh ditinggalkan, untuk mencapai tujuan menghalalkan segala macam cara......
Lalu gimana ya?
Ya udah jadi saja "Dokter yang baik" atau "pedagang yang baik" daripada jadi " PiKo " kopi campur mbako.
.........................

6 comments:

Pursito said...

Wah-wah-wah, luar biasa, mudah2 an para Dogang2 yang sekarang masih berpraktek bisa membaca ini, masalahnya adalah etika.
Kalau dari sudut pasien tidak peduli itu, bahkan kadang2 merasa tertolong, karena begitu keluar dari ruang dokter praktek langsung dapat obat, tidak perlu ngantri berlama-lama di Apotek untuk nebus obat. selamat dan sukses mas Indro

paromo suko said...

ketika pak dokter merawat pasien dg segenap kemampuan, kesungguhan, kesantunan serta kecintaan thd kemanusiaan dan doa, maka sesungguhnya hukum marketing sudah bekerja dengan sendirinya, tanpa perlu campur-tangan pamrih yang 'menyesatkan'
begitulah teman, tak perlu terlalu bercemas-cemas

Ki Ageng Similikithi said...

Dokter nyambi dagang ya nggak apa apa sebenarnya. Asalkan pas melayani pasien jangan diperdagangkan. Saya dulu juga suka dagang batu mulia sama karpet Tibet. Pembelinya nggak satupun jadi pasien. He he he

Indro Saswanto said...

Terimakasih yang setinggi2nya pada mas Sito dan mbah Soero atas kepercayaannya pada pemegang profesi ini (dokter) semoga etika tetap kental bagi mereka.
Buat ki Ageng yang senior saya, benar sekali Ki ... tentu yang tidak baik adalah memperdagangkan jabatan (bukan cuma dokter) BOEKAAN?..... logatnya prof Ramlan).

Indro Saswanto said...

Buat Romo Begawan, kondisinya cukup mencemaskan... disegala lini komersialisasi jabatan bukan saja menjamur tetapi sudah mewabah bak virus 'pilek manuk' yang tidak terbendung bagaikan gelombang tsunami yang buat mereka yg kebetulan sedang diatas kapal tentu makin asyooi boekan?...

Indro Saswanto said...

$¥€££@