Saturday, October 25, 2008

138. Jan2é

Jan2é

Jan2é kenapa ya? Negeri dongeng itu kok bisa menjadi semrawut, amburadul gak keruan.
Di pikir2 di rasa2 soale 'segala sesuatu' dinegeri chayal itu tidak diserahkan kepada ahlinya.
Contoh begini.
Suatu hari jumat, terdengarlah chotbah jumat dari seorang chotib disebuah mesjid dinegeri itu. Isi nya 50% menyinggung resesi global. Gimana ya? Seorang ustad bicara ekonomi?. Tentu saja yo sakkecandaké. Jangan2 dia malah jebolan fakultas ekonomi lalu merangkap jadi ustadz. Walah yo setengah mateng. Ekonom bukan ustadz bukan. Jamaah kemesjid rindu mendengarkan soal2 agama, bukan ingin dengar 'hasil kulakan' cerita2 di tv dan koran2.
Dinegri itu memang aneh. Seorang dokter, jadi bupati. Wisss kaco deh. Lulusan STPDN pun bisa jadi kepala rumah sakit. asooy.
Politisi bicara flu burung, waa rak edan.
Sarjana hukum, jadi camat. Weleh3x
Bekas camat, APDN jadi kepala dinas kesehatan. apa gak amburadul?
Supir ojek, tukang las, pelawak, artis rame2 jadi anggota DPR. mewakili siapa? apa mereka mewakili golongannya?
Insinyur, jadi direktur bank. Sarjana ekonomi, jadi kepala dinas pendidikan. Mister bukan jadi hakim, jaksa, advokat tapi malah jadi pialang saham, broker proyek, paranormal, syah2 saja deh asal bukan jadi dokter......
danramil... ataupun dansek.
Dsb... dsb mulai pimpinan terendah sampai tertinggi dinegeri chayal itu semuanya bisa jadi.
Sehingga benarlah tunggu saja kehancuran negeri amburadul itu.
Lalu gimana? Apa tamatan TK tidak boleh jadi presiden? atau jadi anggota DPR? Tentu boleh2 saja. Presidennya anak Taman Kanak2, DPR nya Taman Kanak2 boleh saja, pokoknya siapa kuat itu yang berwenang. Dinegeri itu bebas dan kebebasan itulah yang dicari oleh penduduk negerinya.

"Negeri yang baik tentu akan menghasilkan produk yang baik" pula.
Kita pernah mendengar, adalah 'suatu negeri yang aman tertib dan makmur'. Kehidupan penduduknya terjamin. Mulai dari pendidikan sandang pangan dan papan semuanya tercukupi. Bidang2 pekerjaan tertata rapi yang "pekerja" dikerjakan oleh dokter insinyur mister dan lain sebagainya, yang "hulubalang" dikerjakan oleh sorodadu yang dipersenjatai dengan lengkap serta kebutuhan hidupnya terpenuhi. Pendidikan dan masa depan anak terjamin jelas. Yang di "pemerintahan" pun memang telah dikader sejak kecil. Itulah negeri lebah dan semut yang 'aman tata tentrem kerta raharja'. Kehidupan benar2 'bersih indah dan nyaman' bukan cuma slogan.
Masa' sih manusia kalah sama mereka? Binatang kecil yang tidak berdaya?
Binatang memang bukan binatang kalau mereka makan aspal, minum bensin, ataupun makan besi baja. Manusia adalah manusia, makluk adidaya yang hebat, adigang adigung adiguna, duniapun bisa ditelannnnn...nya.

Jan2é yo sebetulnya seandainya........
Jan2é.
Bayangno rèk kalau komandan kodim tamatan IKIP tentu mbah ki ageng eyang begawan pusing tujuh keliling.
Jan2é.... sebenarnya .. seandainya...
Jan2é yo.

8 comments:

paromo suko said...

MARS ? dokter jadi manajer, krn manajer ndak sekolah untuk jadi dokter
jan-jane ki piye to ....

Raf said...

Berarti sekolah di negeri itu kurang komplit Pak...

Indro Saswanto said...

*Mas Paromo. Gojegane koncoku.... MM iku 'Makin Menjadi jadi'.....

Indro Saswanto said...

*Dik Raf's. Kita ini disuruh berpikir dan berperilaku generalis tidak spesialistis gara2 idiom 'segalanya harus comprehensif'. Jadi kalau kita jadi tangan maka kita sekaligus harus bisa jadi jantung, kaki, otak dsb. Idiom yang kebablasan.
Akibatnya sebagai generalis kita hanya tahu kulitnya saja dari beribu macam buah, sedang spesialis tahu sampai serat2nya untuk satu macam buah.
Pendidikan kita sejak SD sudah dijejalkan kulit2 tadi sampai2 tidak tahu mana yang isi nya baik dan enak rasanya.
Pun dibidang media, sekarang juga lagi terjadi 'badai informasi' yg NB hanya kulit2nya saja. Orang2 dibikin 'mabok informasi' ahirnya teler, jatuh acuh tak acuh. belum sampai tahu isinya.
Di bidang kedokteran pun demikian, karena harus lewat dokter umum maka setelah jadi spesialispun perilakunya jadi kurang spesialistis kalau tidak boleh disebut kurang profesional..
Memang ahirnya kaya kuda ya, lurus kedepan, tidak tolah toleh gampang kejebak fulus dan paha mulus.
Pokoke yang mau jadi ustadz yo jadilah ustadz yg baik, jadi pedagang yo pedagang yang baik. Ustadz baik.. Pedagang baik. Ustadz merangkap pedagang jadi tidak baik. Dokter merangkap pedagang? jadi tidak baik. Karena embel2 tadi akan mencemari profesi utama nya.
Sorry dik, la kok nggladrah ngene.
Wassalam

paromo suko said...

aku jadi bimbang,
enaknya jadi blogger, ato jadi komentator saja ya..

Indro Saswanto said...

Timbang dadi akik neng jero sirah mas.

cahmranti said...

Kulanuwun para sadherek, saya new comer masih sangat culun. Mohon bimbingan dan panduan

cahmranti said...

Selamat jumpa lagi