Tuesday, April 15, 2008

79. Buku itu

Buku itu

Secara fisik buku merupakan kumpulan lembaran2 kertas namun dalam perjalanan waktu dari tahun ke tahun fisik buku berubah2 mulai dari kumpulan tulisan2 di batu2 tulang2 lembaran kayu daun2 kulit binatang dan lain sebagainya, bahkan yang namanya e-book bisa didalam cd, HD, flashdisk, iPod atau entah apa lagi alat penyimpan perangkat digital yg lain.
Namun ''Buku itu'' kita belum tahu ujud maupun bentuk fisiknya yang pasti setiap kita semua mempunyai satu2.
Setiap hari setiap jam setiap menit bahkan setiap saat kita menulisinya tidak pernah sedetikpun kita mengosongkan halamannya, entah sekedar catatan uthik2 upil garuk2 pantat telinga pipi yg digigit nyamuk makan kacang ngrasani tonggo sampai ceramah baik ditingkat RT dikampung ataupun seminar nasional bahkan di forum pBB sekalipun dengan rajin kita mencatatnya tidak pernah ada yang tertinggal walau hanya satu huruf.
Sungguh luar biasa Buku yang satu itu entah berapa jumlah halamannya atau berapa gigabyte memori yg diperlukan guna menuliskan catatan2 yang kita buat dan berapa bab pasal yang terdapat didalamya dan suatu ketika kita akan ''sangat sedih'' kalau membaca halaman demi halaman dari depan apalagi kalau sudah sampai bab penutup buku maka kita mungkin berdiripun tidak kuasa lagi karena kaki yang ''ngewel'' ketakutan dikarenakan betapa jeleknya isi buku itu yang mana berisi catatan2 ketika kita menyontek ujian mengadali kawan bahkan menyakiti hati mereka tidak menepati janji atau mungkin mengkianati, juga kepada tetangga kepada boss bawahan guru atau murid2 kita, ngutil jajane mbok Mul di pugeran, yang tak kalah penting bahkan teramat penting catatan tingkah polah kepada orang tua kita betapa kita durhaka membohongi membantah menyakitkan hatinya yang tidak terhitung lagi.
Belum lagi catatan yang kita tulis betapa gagah beraninya kita melanggar perintah2 ataupun larangan Sang pencipta bagaimana kita dengan gagahnya melanggar menabrak barang yang jelas2 haram apa lagi yang masih remang2 disuruh keutara kita lari keselatan. Ah betapa bodoh kecewa menyesal kecut sedih muram melihat catatan yg kita tulis dalam buku itu.
Kalau kita melihat halaman lainnya mungkin akan sedikit bisa tersenyum dimana kita waktu itu membantu temen yang kesakitan atau yang kebetulan uang kosnya lagi abis ludes atau menjulurkan tangan memberi sekedar uang pembeli nasi pengemis dipinggir jalan, memberi makan ayam kucing bebek burung piaraan kuda kerbau dan lainnya yang kelaparan dan kehausan, lagi mengajar murid2 menyuntik mengoperasi mengobati tanpa pamrih untuk para fakir miskin, menggendong orang tua kita yang sudah jompo, menyenangkan hatinya menuruti permintaan nya, juga catatan2 sewaktu dipotong sebagian daging kita sambil bersahadat mengerjakan solat dzikir ngaji puasa hajji berzakat dan lain sebagainya. Aah betapa indahnya betapa nikmatnya menatap halaman itu.
Giliran sampai catatan kita ketika ke mbah dukun tukang ramal tukang santhet jin prayangan mecari pesugihan menipu korupsi kolusi mencuri merampok berzina berdusta menggunjing memfitnah mabuk2an pesta ganja narkoba berjudi maka hati kita jadi kecut ciut takut malu mau lari kemana kita, semua sudah kita tuliskan dalam buku itu tidak mungkin di delete.
Roqib dan Atid si writer menuliskannya tanpa ada ketinggalan satu hurufpun dan ''cd player'' pun siap memutarnya dihadapan kita bahkan disaksikan banyak orang yang siap memberi tepukan sorakan pujian dan ejekan dengan gempita. Kita mau apa? pasrah malu sedih takut kecewa menyesal semua akan kita rasakan memang sungguh mengerikan diary yang memalukan dibuka didepan umum.
Buku itu. Buku yang super istimewa. Buku yang setiap detik kita tulisi, begitu teliti, terrinci, tanpa sedetik peristiwa pun terlewati
dan saat ini kitapun belum tahu kapan tutup buku kan terjadi. Semoga kan terisi hal2 yang menggembirakan hati.
Lalu goresan2 apakah yang masih akan kita torehkan disana? tinta emas dragon ink cat tembok cat kayu atau cat besi darah nanah air comberan ataukah aquadest?
Ach...... buku itu.
buku itu kita harus pertanggung jawabkan atas semua yang tertulis didalamnya tidak bisa bohong lagi kepala mengangguk mata berkedip mengiyakan tangan bergerak menolak kaki telinga hidung semua menjadi saksi dan mulut terkunci.
Yach buku itu tiba ditangan kanan atau di tangan kiri kita bisa mengira2 itu hampir pasti.

2 comments:

paromo suko said...

kata tembang :
eling-eling sira manungsa,
elingana anggonmu .......

Indro Saswanto said...

whaaa.......... iki ''megat-ruh'' yo mas....... opo ''dandanggulo turu lare''............
Wis enake ''ngidooung'' ae
eling eling sira manungso
elingana nggonira ngaurééépp
ojo pada kokehan dosaa
nangis kèri gela mburinéé......