Saturday, February 23, 2008

64. Bedhug dan kenthongan

Bedhug dan Kenthongan

Di negeri kita banyak di jumpai bedhug dan kenthongan. Utamanya dimasjid2. Ini hasil kreasi dari para ulama jaman dulu. Entah mulai kapan bedug dan kentongan dikenal dinegeri ini. Di Bali kenthongan dikenal dengan nama kukul. Dinegeri china bedhug bisa dijumpai di kota Xian kota dimana terdapat Terracota army yg terkenal itu.

Kenthongan dibuat dari kayu yang didalamnya dilobangi dan diberi jendela memanjang, lebih mudah kalau dibuat dari seruas bambu, dimana tinggal menambah jendela saja.
Didesa2 kenthongan digunakan untuk bunyi2an sewaktu ronda dimalam hari ataupun untuk tanda bahaya.

Jaman doeloe ada kode2 tersendiri dari bunyi kenthongan yang disebut ''titir''. Kenthong satu2 berulang2 dengan rytme agak jarang berarti ada orang gantung diri, dua dua berarti ada maling, tiga2 ada kebakaran, sembilan kali berarti ada warga yang meninggal. Kalau dibunyikan satu2 dengan cepat dan disahut oleh semua pemilik kenthongan disebut ''gobyog'' yang diartikan katanya ada pasukan Nyi Loro Kidul yang sedang lewat ???

Bedhug.... bedhug dibuat dari silinder kayu yang ditutup dengan kulit pada ujung2nya.
Konon bedhug dikota Purworejo Jawa tengah, yang terbuat dari satu gelondong kayu jati utuh, tanpa sambugan, adalah bedhug terbesar didunia. Diameternya melebihi depa orang2 melayu. Sampai sekarang bedhug tersebut masih terawat baik.

Beberapa waktu yang lalu di negeri kita marak diadakan festival bedhug yang melibatkan para seniman. Bedhug berjajar2 dan ditabuh dengan rytme yang rancak mengasyikkkan.

Kenthongan juga digunakan sebagai alat pemanggil warga. Sampai sekarang didesa2 kalau rapat warga akan dimulai maka kenthongan di bunyikan untuk memanggil para pesertanya.
Ada juga yang memanfaatkan kenthongan sebagai tanda pada balapan burung merpati dimana kalau si burung sudah medarat maka dibunyikan kenthongan tadi.
Bahkan dimasa lalu bunyi kenthongan didaerah tertentu digunakan untuk mengingatkan para acceptor meminum pil KB... hebat kan?

Dimasjid2 suara kenthongan dan bedhug digunakan sebagai tanda waktu masuk sholat.
Biasanya keduanya dibunyikan bergantian. Kenthongannya dibunyikan dulu...... thong tong tong 21x ....... artinya mesjid masih kothooooong...tong.....tong............ kemudian
gantian Bedhugnya nyahut.... dheng deng deng deng 21x .........artinya mesjid masih sedheeeeeeeeeeeng dheng dheng...... masih cukup untuk menampung jamaah.

Anehnya udah thong-dheng2 masjid2 itu jamaahnya ya masih bisa dihitung dengan jari padahal sholat berjamaah itu pahalanya 27 x lipat lo. Tapi kalau namanya kenduren atau pengajian bisa ratusan bahkan ribuan yang datang padahal pahalanya jauh lebih kecil dibanding dengan sholat berjamaah di mesjid.

Begitupun walau bedhugnya sudah digedein hingga suaranya Bleng2 bleng2 tetep saja yang masuk mak bleng untuk sholat berjamaah jumlahnya doremi tidak mencapai dua octaf... itupun bata suwek, bau tanah sudah tuwek.

4 comments:

Ki Ageng Similikithi said...

Wah kenthongan dan kothekan sekarang sudah muksa. Nggak ada lagi kenthongan. Ronda ya sudah nggak pakai kenthongan. Lesung sudah punah. Suara itu masih sayup sayup mampir ke ingatan.
Salam

Indro Saswanto said...

Terimakasih telah mampir di blog kami. betul ki kenthongan tinggal jadi sovenir yang nantinya akan jadi fosil ☺

paromo suko said...

kothekan, begitu pula dengan koteka

semua mengingatkan kepada kita
bahwa sekarang sudah semakin senja
dan nanti harus pulang
ke sana

Indro Saswanto said...

inna lillah...........