Wednesday, March 12, 2008

69. Jakarta macet

Jakarta macet.

Ah.. biasa... hari2 juga begitu. Memang sudah begitu parah kemacetan di kota ini. Kalau beberapa tahun yang lalu kecepatan rata2 di jakarta hanya mencapai rerata 18 km/jam artinya untuk mencapai tempat yang jauhnya 18 km rata2 dibutuhkan waktu 1 jam, maka tidak lama lagi kecepatan itu akan menurun jadi 12km/jam dan mungkin dalam sekian dasa warsa lagi akan terjadi kemacetan total alias 0km/jam...
Berbagai upaya sudah diusahakan mulai tri in wan, sistem buka tutup, bahkan ahir2 ini ada baswe, dan mungkin nanti monorel, sabwe, atau pembatasan umur kendaraan dll, tetapi kiranya masalah kemacetan ini akan tetap menjadi masalah yang besar.
Sepertinya orang sudah putus harapan untuk bisa mengatasi kemacetan tsb, belum lagi ditambah banjir yang selalu datang, penduduk makin bertambah sehingga beban kota jakarta sudah terlalu berlebihan.
Saya kira sebuah pemikiran yang baik kalau untuk mengurangi beban tadi maka sebaiknya ''ibukota'' Republik indonesia dipindahkan dari jakarta. Mungkin lebih baik kalau dipindah ke Kalimantan atau Papua sehingga orang akan berbondong2 pindah kesana. Usaha2 pindah kesana sehingga jangka panjang jakarta cukup sepi, dan pulau jawa menjadi tidak terlalu berat bebannya.
Ibarat tawon atau lebah kalau ratunya pindah maka seluruh tentara pekerja maupun rakyatnya ikut pindah. Di keyakinan kita seseorang atau sebuah bangsa harus berani hijrah untuk masa depan yang lebih baik.
Sebuah ''Mega opini'' yang saya kira realistis kalau kita mau mengerjakan. Problem2 perbatasan akan lebih bisa ditangani. Kalau capres asal jawa tidak kerasan untuk bisa tinggal disana ya kenapa pres nya bukan orang kedua pulau tadi saja? Saya yakin nantinya orang jawa berbondong2 migrasi kesana bahkan tki tidak lagi ada, yang ada Tkm Tenaga kerja malesia, Tkp pilipin, india,vitnam dll pada masuk. Laskar ''waton'' ah bisa dibentuk untuk mengawasi Tka Tka tadi.
Semua uang yang sekarang 80% beredar di jakarta pun akan mengalir ke ''ibukota'' yang baru. Jakarta kembali jadi desa yang sepi.
Sebagai bangsa yang besar mampukah kita membuat perencanaan yang besar sekaligus merealisirnya.
Ayolah kita berpikir waham kebesaran sedikit jangan terlalu kerdil, tambal sulam, yang mana jadinya ya uyel2an.......kaya Jakarta saat ini.

4 comments:

paromo suko said...

kalo ibukota dipindah, manusianya kan ngikut,
kalo manusianya ngikut,
kebiasaannya pasti ngikut,
kalo kebiasaannya ngikut,
yang terjadi adalah:
(satu)
ibubarukota tetap sama macetnya
(dua)
bisa-bisa terjadi singkawang-sampit ke dua pada skala yang lebih mengenaskan
(tiga)
itupun kalo parlemen setuju
(empat)
dan ada anggaran yang cukup, termasuk untuk ....

gitu ya mas
ini komentar yang saya tulis ke lima kali dan selalu postingnya ditolak sama jaringan
salam

Indro Saswanto said...

memang dari yang gawat bin gawat ya titiktitik nya itu mas. jadi ya terpaksa yel uyelan.
otak tambah pinter
skill tambah trampil
kelakuan kok berbanding terbalik yo?

Ki Ageng Similikithi said...

jakarta sebenarnya secara geografis lebih baik dibanding MNL. Manila terletak di isthmus sempit. Jalan keluar kota hanya ada dua ke utara atau ke selatan. Kabarnya mau pindah dekat Bogor.

Indro Saswanto said...

saya pernah dengar juga.. katanya didaerah jonggol. cuma Ki..sampai sekarang belum ada yang bisa membawa bangsa ini untuk berpikiran besar spt BK. apalagi merealisir... mimpi saja belum.. Kadang rindu juga punya ''pemimpin besar''
Trims Ki saya tunggu ide nya Aki.