Thursday, November 13, 2008

146. Dokter

Dokter

Dibeberapa daerah kadang dipanggil dengan sebutan pak doktor. Awalnya geli ditelinga tapi lama2 terbiasa juga dengan panggilan itu walau rasanya janggal.
Doktor merupakan gelar akademik sarjana strata3 sedang dokter adalah gelar profesi bidang kesehatan.
Profesi dokter merupakan pekerjaan yang mulia, karena tujuan utamanya adalah 'menolong' pasien untuk menuju kesembuhan suatu penyakit. Untuk itu dokter mendapatkan honor atau uang kehormatan. Saat ini honor tersebut lebih dikenal sebagai uang jasa pelayanan, bahkan beberapa pasien menyebutnya sebagai biaya administrasi. Entah kenapa.
Seiring kemajuan zaman, tujuan yang begitu mulia dari para dokter tadi sudah bergeser dan terus bergeser sehingga 'honor' dan 'kesembuhan pasien' kedua2nya menjadi tujuan utama bagi dokter. Bahkan lebih hebat lagi kini dokter bermakna sebagai 'profesi untuk mendapatkan uang', sehingga dalam hati kadang bertanya..... masih patutkah seorang dokter menerima pahala? karena jasanya sudah dibayar lunas di dunia ini.
Kehidupan saat ini sudah begitu materialistik, sehingga pekerjaan2 yang begitu mulia dan tinggi derajatnya jatuh tergeser kelembah materi yang kadang sangat nista.
Mungkin kita akan tercengang sekiranya mensurvey mahasiswa baru fakultas kedokteran, motivasi apa yang mendorong mereka memilih jurusan itu. Bisa ditebak jawabannya pasti akan mengarah untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Mungkin hanya nol koma sekian persen yang masih punya idealisme tinggi. Paling tidak motivasi orang tua menyekolahkan anaknya ke fak tersebut adalah untuk mengatar anaknya guna menghadapi kehidupan yang semakin sulit.
Kawan...... biaya pendidikan semakin tinggi membelit, gaji dokter sedikit, ahirnya kasihan pasien yang lagi sakit, mereka harus mengeluarkan banyak duwit.
Ditunggu komen anda untuk mengembalikan kemurnian dan kemuliaan profesi dokter.......

9 comments:

Pursito said...

Saya masih yakin bahwa masih banyak dokter yang berjiwa mulia, sekarang tinggal niat awal, kalau niatnya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat berarti berhak mendapat pahala. Kalau niatnya dapat duit, ya duititu dapatnya. Yang celaka kalau terjadi dokter pada demo menuntut peningkatan kesejahteraan. Wah bagaimana jadinya.

Pursito said...

Saya masih yakin bahwa masih banyak dokter yang berjiwa mulia, sekarang tinggal niat awal, kalau niatnya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat berarti berhak mendapat pahala. Kalau niatnya dapat duit, ya duititu dapatnya. Yang celaka kalau terjadi dokter pada demo menuntut peningkatan kesejahteraan. Wah bagaimana jadinya.

paromo suko said...

nhaaaaaa, soal honor ini: saatnya mbak nDhung bicara ..... (sayangnya saya nggak tahu alamat blog beliau)

Indro Saswanto said...

@mas Sito.. Dokter dianggap profesi yang bisa mencari kesejahteraannya sendiri. Tanpa regulasi yang baik akan sangat berbahayya. Karena dokter juga manusia, sementara mental, etika, moral,agama semakin terkikis dalam kehidupan... Bukan hal yang chayal suatu saat bisa terjadi sebagaimana telah terjadi dibelahan bumi luar sana dokter perawat pilot berdemo.
@ kanjeng Romo. Masalahnya begitu kompleks dan rumit. Mungkin kita baru mulai berbicara masalah baru lagi sudah muncul. Kayaknya tak terkejar deh.

Ninis said...

Yang paling memprihatinkan itu model2 dokter yang meremehkan orang2 miskin :)
Ada duit dilayani, gak ada duit pura2 sibuk hehehe..
Tapi profesi ini sungguh mulia :)

Indro Saswanto said...

Iya lho.... padahal kebanyakan dokter dulunya miskin.... memang materi bisa menggerus nurani..... sampai2 lupa diri.... dan nampaknya sudah melanda semua lini kehidupan di negeri ini.

Mbah Suro said...

dr. Risyaf Saladin adalah dokter langganan saya sejak tahun 1978, boleh dibilang dokter keluarga saya. Setiap pasien merasakan kepuasan atas keramahan pelayanan dan kesembuhannya,pasien setiap harinya paling sedikit 50 orang. Untuk ukuran kota Jakarta taripnya sangat terjangkau. Sudah pasti banyak pahalanya, karena pasien tidak kecewa. Ha...3x (promosi nih ye..)

Indro Saswanto said...

Alhamdulillah, seperti mas sito.. sayapun percaya masih banyak dokter2 Risyaf yang lain... dan mereka itulah insyaallah pahalawan pahalawan.Semoga.. amiien

ivo said...

saya dokter puskesmas di jakarta ini, dan salah satu murid 'abah' dr. risyaf saladin di kampus minang. Memang benar sulit untuk bersifat tidak materialistis saat ini, saya rasa tidak hanya untuk profesi dokter. Senang sekali membaca tulisan ini, apalagi ditambah komen tentang abah kami yang sejak dulu menjadi role model di kampus.
(Mbah Suro, salam ya sama dr. Risyaf, semoga beliau sehat selalu...)