Saturday, May 3, 2008

85. Senyum

Senyum

Dinegeri kita ini dimana2 banjir senyum entah itu di pasar, di mal2, stanplaat bus, stasiun kereta, bandara, apalagi ditempat hiburan, bahkan di rumah sakit dan kuburanpun senyum banyak kita jumpai.

Lho memang kenapa?
Sebenarnya saya hanya ingin mengatakan bahwa senyum saat ini sudah sangat sulit untuk di gunakan sebagai tolok ukur hati seseorang.

Senyum seorang pelayan misalnya, entah pelayan masyarakat, customer servis, pegawai diraja, tabib, perawat dll yang sedang bertugas, sulit untuk ditangkap maknanya karena mereka dituntut selalu senyum dan senyum.
Bagaimana bisa pelayan yang lagi bersedih hatinya harus melayani clien dengan senyum2, gaji tidak cukup untuk hidup satu minggu, harus selalu senyum2 ..... tapi itulah kenyataannya.
Mereka di indoktrinasi senyum, senyum dan senyum tanpa dibenahi masalah dasarnya sehingga kita tidak tahu senyum apa sebenarnya yang muncul diwajahnya.

Sebagai ilustrasi ada sebuah kejadian diatas pesawat disebuah negeri antah berantah seperempat abad lalu. Seorang stewardes marah2 gara2 kopinya tumpah ditabrak seorang turis yang berpapasan mau ke toilet. Kena marah si turis tersenyum dan sangat senang. Dibenaknya kejadian seperti itu di negerinya tidak mungkin terjadi.
Dia senang karena dia sedang berhadapan dengan manusia yang sangat2 manusia. Kalau dinegerinya pasti sang pramugari sudah mengatakan '' O, sorry'' ''maaf telah mengotori baju tuan'', dsb dsb sambil senyum2. Padahal pramugari itu tidak salah. Mereka sudah sama dengan robot, tidak ada rasa manusia / human taste.

Memang dinegerinya dimana2 sudah dipenuhi robot2 yang mahir mengatakan '' can I help you'' '' oh, sorry'' dengan tentu saja dibumbui senyuman2 komersial yang memuakkan.

Lain lagi kalau kita pelajari senyum dijaman Nabi s.a.w. Senyum begitu tulus senyum nampak menggambarkan hati seseorang. Sebaliknya senyum dijaman modern ini, senyum sangat sulit dimaknai. Kita sulit menduga apa yang ada dibalik senyum. Mungkin si empunya senyum lagi sedih tetapi dihadapan kita masih saja nampak senyumnya, mungkin juga lagi gundah lagi2 senyum yang nampak. Bahkan lebih lucu lagi orang yang lagi marah besar bisa saja berhaha hihi ria. Hatinya mengatakan ''tidak'', menolak keras, yang dimunculkan senyum seolah dia setuju.

Benar ''senyum munafik'' betebaran dimana2. Tiada senyum tulus dijaman kehidupan yang ''blekacèng'' ini. (blekaceng =amburadul. *neologisme).

Sementara seorang teman mengatakan dewasa ini senyum itu sangat mahal.
Benar juga hal ini bisa dijumpai pada petinggi2 yang mempuyai gaya feodal atau pada penjual2 jasa yang tidak mendapatkan penghargaan sesuai harapannya.
Jadi senyumpun dijaman yang serba matrek, sudah menjadi bahan komuditi dan bahkan di stasiun (bukan kereta) tv dijual habis2an. sehingga sesaat kita lupa apa yang ada dibalik kehidupan, kita biasa tertawa terbahak2, kegembiraan yang berlebihan, padahal ada kehidupan yang sangat berlawanan, penuh kesedihan luar biasa, kesengsaraan, kepedihan, kesakitan yang tiada tara yakni kehidupan ''neraka jahannam''.
Kita lupa seolah yang ada hanyalah kebahagiaan kehidupan sorgawi.

Senyum....
Tiada seindah senyum Rasulullah, beliau kalau tertawa tidak pernah sampai terlihat giginya, hanya tersenyum, karena beliau selalu memikirkan umatnya yang kelewat batas, kasihan mereka akan terjilat api neraka dimana beliau tahu bagaimana ganasnya api tersebut. Oleh karenanya beliau tidak pernah tertawa terbahak2, kalaupun tertawa hanya tersenyum..... senyum yang begitu tulus menyejukkan hati bukan senyum munafik apalagi komersial ataupun ............ senyum dibalik senyum.

6 comments:

Luca D'Antin (Taufik yang bersahaja dan WOKEee...!!) said...

eYang, saya udah ndak nhgelanjutin tulisan saya d BlogSpot lagi. Tapi saya dah ad web sendiri. bisa klik disini

Indro Saswanto said...

Oke.. nanti eyang sambangi situs cucunda.
Rajin2 menulis dan belajar semoga success selalu.

Mbah Suro said...

Kalau ingat kenangan manis masa lalu kadang suka tersenyum sendiri, tapi bukan "kentir" lho.....
Kalau yang senyum sendiri sepanjang jalan kenangan "kentir" beneran.... he...3x

Indro Saswanto said...

Ngomong2 blognya mbah suro kok gak di isi2 ya? saya tunggu2 buat nambah senyum2. tapi tolong verifikasi katanya dicopot saja biar komen2 mudah masuk.

paromo suko said...

ketinggalan sing satu ini:

nyum.. nyum...(sambil bibirnya dimonyongin, lucunya gak ketulungan, cucunya tetanggaku)

Indro Saswanto said...

senyum memang macem2.
ada senyum kuda, senyum buaya, senyum kecut, senyum manis, senyum pahit, senyum gombal, senyum plaeboi, senyum tulus, senyum munafik, senyum monyong, senyum kampret dan senyum2 sendiri ☺uedan......