Friday, July 18, 2008

109. Terbawa

Terbawa

Sekitar tahun 1974 terjadi banjir lahar yang besar dari gunung Merapi. Saat itu media informasi belum segencar kini sehingga selebriti2 semacam mbah Maridjan belum terexpose.
Banjir lahar dingin begitu hebatnya sehingga jembatan kali krasak di daerah Salam tempel sleman jebol. Hubungan Jogja Magelang terputus. Para penumpang bus harus turun menyeberang sungai krasak yang tertimbun pasir kering dan batu2 besar. Mereka berjalan kaki sejauh 500m untuk berganti bus diseberang sana.
Ketika itu saya masih kuliah tingkat empat di Ugm. Harinya hari sabtu bulannya bulan puasa. Saya mau pulang ke Salatiga sekaligus melihat kerusakan yang hebat akibat banjir lahar dingin itu.
Dengan naik bus saya mengambil tempat dibelakang sopir dekat jendela. Disamping kiri saya duduk seorang sorodadu membawa ransel yang diletakkan diatas tutup mesin bus berjajar dengan tas saya.
Sampai Salam seluruh penumpang turun untuk berganti bus diseberang.
Sang sorodadu nampak tergesa2 dia sambar tas saya dan bergegas turun menyeberang sungai. Saya terbengong sejenak lalu saya kejar. Tapi langkah tentara itu sangat cepat sambil menyalip penumpang2 lain yang keberatan membawa barang bawaan. Sesampai seberang sana baru saya bisa mengejar dia.
'' Maaf pak, itu tas saya ''
'' Ha? oh maaf dik....... dimana ransel saya?''
'' Masih di bus pak?''
'' Waduh isinya pestool dik ''
Dia bergegas balik ke bus, dan setelah beberapa lama saya tunggu tampak dia kembali dengan menenteng ranselnya. Wajahnya nampak berbinar.
'' Untung dik masih ada ''
'' pistoolnya pak''
'' Iya ini masih utuh. Ayo makan dulu dik''
Saking gembiranya dia mengajak saya makan ke warung.
'' Wah maaf pak saya puasa ''
'' Oya.. lupa aku juga puasa ''
Agak pikun rupanya sorodadu satu ini, mungkin lagi banyak problem diotaknya sampai2 tas pakaianku ''terbawa'' oleh dia.
Tapi saya pikir................
''lumayan'' gak usah nenteng tas sendiri ketika nyeberang sungai krasak yang lagi kena banjir lahar dingin itu.
Ahirnya kamipun meneruskan perjalanan dan sesampai di Magelang sang Sorodadu turun sedang saya.. lanjut ke Salatiga.

6 comments:

Ki Ageng Similikithi said...

Saya mengalami yang banjir lahar 1970. Pengalaman hampir sama. Ketemu sama teman lama di SMP. Putri, kakaknya doi, yang saya ceritakan di Duska. Ya seneng ketemu. Tetapi pas jalan nyebrang, sok gentleman, saya bawakan kopernya. Bawa koper 2, sampai Yogya lempe lempe, lawuhe tahu tempe

Indro Saswanto said...

Iya Ki... klemper dan lempe2, tapi jambulnya kan tambah mumbul..... ☺
abis tiap menggeh ngaso disatok pake jari.....
Ampun Ki....

Mbah Suro said...

Dasar Bimo Kunting wis cilik, mrekitik gek urik....
Waduuh aku kuwalat...

Indro Saswanto said...

Aha..
Sorry mBah.
mbahe anak sorodadu tukul sungune........

paromo suko said...

untung pestol yg satunya nggak ketinggalan

Indro Saswanto said...

Wah blaèn, mbahdok iso ngamook amook